Senin, 28 Mei 2012

STRES Jenis, Aspek, Penyebab, Reaksi Fisik-Psikologis, Klasifikasi Dan Bagaimana Mengelolanya


PENDAHULUAN

Stres merupakan kondisi psikofisik yang ada dalam diri setiap orang. Artinya stres dialami oleh setiap orang, tidak mengenal jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan atau status sosial ekonomi. Stres bisa dialami oleh bayi, anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Bahkan mungkin stres juga dialami oleh makhluk hidup lainnya.
Stres dapat berpengaruh positif maupun negatif. Pengaruh positif, mendorong orang untuk membangkitkan kesadaran dan menghasilkan pengalaman baru. Sedangkan pengaruh negatif, menimbulkan perasaan-perasaan tidak nyaman, tidak percaya diri, penolakan, marah, depresi, dan memicu sakit kepala, sakit perut, insomnia, tekanan darah tinggi atau stroke. Stres pada anak yang berkepanjangan akan berpengaruh negatif pada pertumbuhan kepribadiannya, yaitu kurang percaya diri dan takut melakukan sesuatu.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa “Tanpa stres tidak ada kehidupan, gagal merespon stressor pertanda kematian“.
Menurut Dadang Hawari (1997: 44-45) istilah stres tidak dapat dipisahkan dari distres dan depresi, karena satu sama lain saling terkait. Stres merupakan reaksi fisik terhadap permasalahan kehidupan yang dialami. Apabila fungsi organ tumbuh sampai terganggu dinamakan distres, yaitu derajat penyimpangan fisik, psikis dan perilaku dari fungsi yang sehat (Sopiah, 2008).
Tulisan ini akan menjelaskan apa itu stres, jenis-jenis stres, aspek, penyebab stres, reaksi fisik-psikologis, klasifikasi stres serta bagaimana mengelolanya.

A.      Pengertian Stres
Menurut Sopiah (2008:85) stres merupakan suatu respons adoptif terhadap suatu situasi yang dirasakan menantang atau mengancam kesehatan seseorang.
Hans Selye (dalam Sehnert, 1981) yang mendefinisikan stres sebagai respon yang tidak spesifik dari tubuh pada tiap tuntutan yang dikenakan padanya. Stress adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol.
Menurut Morgan dan King : “…as an internal state which can be caused by physical demands on the body (disease conditions, exercise, extremes of temperature, and the like) or by environmental and social situations which are evaluated as potentially harmful, uncontrollable, or exceeding our resources for coping” (Morgan & King, 1986: 321).
Menurut Lazarus (1976) stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan karena individu dihadapkan pada situasi internal dan eksternal.

B.       Jenis Stres
1.    Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:
a.    Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
b.   Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.
2.    Dua jenis stres menurut Holahan (1981) yaitu:
a.    Systemic stres yang didefinisikan oleh Selye (dalam Holahan, 1981) sebagai respon non fisik dari tubuh terhadap beberapa tuntutan lingkungan. Selye mengidentifikasikan 3 tahap respon sistemik tubuh terhadap kondisi-kondisi penuh stres, Yng diistilahkan General Adaption Syndrome (GAS). Tahap pertama adalah alarm reaction. Tahap ini bisa diartikan sebagai pertahanan tubuh, tahap kedua adalah resistance atau adaptasi dan tahap ketiga adalah exhaustion atau kelelahan.
b.   Psychological stress.

C.      Aspek Stres
1.    Stimulus
Keadaan/situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut sebagai stressor. Beberapa ahli yang menganut pendekatan ini mengkategorikan stressor menjadi tiga :
a.    Keadaan kronis, contoh hidup dalam keadaan suasana yang bising
b.    Peristiwa hidup yang penting, contoh : kehilangan seseorang yang disayangi.
c.    Peristiwa katastropik, contoh : gempa bumi
2.    Respon
Respon adalah reaksi seseorang terhadap stresor. Terdapat dua komponen yang saling berhubungan, komponen Fisiologis dan komponen Psikologis. Dimana kedua respon tersebut disebut dengan strain atau ketegangan.
a.    Komponen Fisiologis, misalnya detak jantung, sakit perut, keringat.
b.    Komponen psikologis, misalnya pola berfikir dan emosi
3.    Proses
Stres sebagai suatu proses terdiri dari stresor dan strain ditambah dengan satu dimensi yang peting yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian diri yang kontinyu yang disebut juga dengan istilah transaksi antara manusia dengan lingkungan, yang didalamnya termasuk perasaan yang dialami dan bagaimana orang lain merasakannya.

D.      Penyebab Stres
Stres dapat terjadi karena: (1) fisik-biologik, penyakit sulit disembuhkan, cacat fisik, merasa penampilan kurang menarik; (2) psikologik, negatif thinking , sikap permusuhan, iri hati, dendan dan sejenisnya; (3) sosial: (a ) kehidupan keluarga yang tidak harmonis; (b) faktor pekerjaan; (c) iklim lingkungan.
Penyebab Stres yang bukan bersumber dari pekerjaan: (1) Ttime based confict, konflik terjadi karena menyeimbangkan tuntutan waktuantara pekerjaan dengan tugas rumah tangga, misalnya wanita yang berperan ganda; (2) Strain based conflict, terjadi ketika stres dari sumber meluap melebihi kemampuan yang dimiliki orang tersebut, misalnya kematian suami atau isteri; (3) Role behavior conflict, tiap karyawan memiliki peran dalam pekerjaan, Ia juga dituntut lingkungan yang ada kalanya bertentangan dengan tuntutan pekerjaan; (4) Stres karena adanya perbedaan individu.
Luthans (1992) menyebutkan bahwa penyebab stres (stressor) terdiri atas empat hal utama, yakni:
1.    Extra organizational stressors, yang terdiri dari perubahan sosial/teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan keadaan komunitas/tempat tinggal.
2.    Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam organisasi.
3.    Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu, interpersonal, dan intergrup.
4.    Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran, serta disposisi individu seperti pola kepribadian Tipe A, kontrol personal, learned helplessness, self-efficacy, dan daya tahan psikologis.

Terdapat 4 penyebab stres (stresor) menurut Lazarus dan Cohen (dalam Evans, 1982) serta Evans dan Cohen (dalam Veitch & Arkkelin) :
1.    Fenomena catalismic, yaitu hal-hal atau kejadian-kejadian yang tiba-tiba, khas dan kejadian yang menyangkut banyak orang seperti bencana alam, perang, banjir dsb.
2.    Kejadian-kejadian yang memerlukan penyesuaian atau coping seperti pada fenomena catalismic, meskipun berhubungan dengan orang yang lebih sedikit sepeti respon terhadap penyakit atau kematian serta ketika seseorang kena PHK.
3.    Daily hassles, masalah yang sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut ketidakpuasan kerja atau masalah-masalah lingkungan seperti kesesakkan atau kebisingan.
4.    Ambient Stresor, yang terdiri dari kondisi-kondisi yang dilatarbelakangi oleh lingkungan seperti kemiskinan, konflik keluarga.

E.       Reaksi Fisik - Psikologis
1.    Reaksi fisik : sakit kepala, sakit lambung, darah tinggi, sakit jantung (jantung berdebar-debar), mudah lelah, kurang selera makan, sering buang air kecil, keluar keringat dingin, sulit tidur (insomnia).
Hans Selye (1946,1976) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap stress : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).
a.    Local Adaptation Syndrom (LAS)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS :
1)   respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system
2)   respon bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
3)   respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
4)   respon bersifat restorative.
Respon LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti yang diuraikan dibawah ini :
1)   Respon inflamasi
Respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase:
·      Fase pertama : adanya perubahan sel dan system sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh darah ditempat cedera dan secara bersamaan teraktifasinya kini,histamin, sel darah putih. Kinin berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein, leucosit dan cairan yang lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.
·      Fase kedua : pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain yang dihasilkan ditempat cedera.
·      Fase ketiga : Regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut.
2)   Respon refleks nyeri
Respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.
b.   General Adaptation Syndrom (GAS)
Gas merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat didalamanya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin. Ada 3 fase GAS yaitu :
1)   Fase Alarm ( Waspada)
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun
Fase alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “ respons melawan atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
2)   Fase Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi à gejala stress menurun àtau normal
tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.
3)   Fase Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersbut.

2.    Reaksi psikologis : gelisah, cemas, tidak dapat berkonsentrasi dalam pekejaan atau belajar, sikap pesimis, hilang rasa humor, malas, sikap apatis, sering melamun, sering marah-marah bersikap agresif baik secara verbal seperti berkata-kata kasar, suka menghina, mupun non verbal seperti menendang-nendang, menempeleng, membanting pintu atau memecahkan barang-barang.
a.    Kecemasan
Respon yang paling umum merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan adalah emosi yang tidak menyenangkan istilah “kuatir,” “tegang,” “prihatin,” “takut”fisik antung berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur.
b.    Kemarahan dan agresi
Yakni perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi, Agresi ialah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar. Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindak sadis dan usaha membunuh orang.
c.    Depresi
Yaitu keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa sedih

F.       Klasifikasi Stres
1.    Stres Akut (Acute Stress) merupakan reaksi terhadap ancaman yang segera, umunya dikenal dengan respon atas pertengkaran atau penerbangan (fight or flight). Suatu ancaman dapat terjadi pada situasi apa pun yang pernah dialami bahkan secara tidak disadari atau salah dianggap sebagai suatu bahaya. Penyebab-penyebab stres akut antara lain:
·         kebisingan,
·         keramaian,
·         pengasingan,
·         lapar,
·         bahaya,
·         infeksi, dan
·         bayangan suatu ancaman atau ingatan atas suatu peristiwa berbahaya (mengerikan).
Pada banyak kejadian, suatu waktu ancaman akut telah dilalui, suatu respon menjadi tidak aktif dan tingkat-tingkat hormon stres kembali normal, suatu kondisi yang disebut respon relaksasi (relaxation response).
2.    Stres Kronis (Chronic Stress). Kehidupan modern menciptakan situasi stres berkesinambungan yang tidak berumur pendek. Penyebab-penyebab umum stres kronis antara lain:
·         kerja dengan tekanan tinggi yang terus menerus,
·         problem-problem hubungan jangka panjang,
·         kesepian, dan
·         kekhawatiran finansial yang terus-menerus.


G.      Mengelola Stres
1.    Coping
Mengelola stres disebut dengan istilah coping. Menurut R.S. Lazarus coping adalah proses mengelola tuntutan (internal atau eksternal) yang diduga sebagai beban karena di luar kemampuan individu. Coping terdiri atas upaya-upaya yang berorientasi kegiatan dan intrapsikis (seperti menuntaskan, tabah, mengurangi atau meminimalkan) tuntutan internal dan eksternal. Adapun menurut Weiten dan Lloyd (dalam Syamyu Yusuf, 2009: 128) coping  merupakan upaya-upya untuk mengatasi, mengurangi atau mentoleransi beban perasaan yang tercipta karena stres.
Faktor-faktor yang mempengaruhi coping:
a.    Dukungan sosial. Dukungan sosial dapat diartikan sebagai “bantuan dari orang lain yang memiliki kedekatan (orang tua, suami/isteri, saudara atau teman) terhadap seseorang yang mengalami stres. Dukungan sosial memiliki empat fungsi: (a) sebagai emotional support, meliputi pemberian curahan kasih sayang, perhatian dan kepedulian; (b) sebagai appraisal support, meliputi bantuan orang lain untuk menilai dan mengembangkan kesadaran akan masalah yang dihadapi, termasuk usaha-usaha mengklarifikasi dan memberikan umpan balik tentang hikmah di balik masalah tersebut; (c) sebagai informational support, meliputi nasehat/pengarahan dan diskusi tentang bagaimana mengatasi atau memecahkan masalah; (d) sebagai instrumental support, meliputi bantuan material, seperti memberikan tempat tinggal, meminjamkan uang dan menyertai kunjungan ke biro layanan sosial.
b.   Kepribadian. Kepribadian seseorang cukup besar pengaruhnya terhadap coping atau usaha-usaha dalam menghadapi atau mengelola stres. Adapun tipe-tipe kepribadian yang berpengaruh terhadap coping adalah sebagai berikut: (1) Hardiness (ketabahan, daya tahan) yaitu tipe kepribadian yang ditandai dengan sikap komitmen, internal locus control dan kesadaran akan tantangan (challenge); (2) Optimisme, yaitu kecenderungan umum untuk mengharapkan hasil-hasil yang baik atau sesuai harapan; (3) Humoris
2.    Selalu Berfikir Positif (Positive Thinking)
Seseorang yang mengalami stres perlu kita berikan bantuan agar mereka terhindar dari persaan tersebut, dengan selalu berpikir positif (positive thinking).
Menurut Al-Faqi (2009) ada tujuh prinsip dasar berpikir positif, yaitu:
a.    Problematika hanya ada di dalam persepsi. Realitas tak lain hanyalah apa yang ada dalam persepsi Anda. Kalau Anda ingin merubah realitas hidup Anda, mulailah dengan merubah persepsi Anda.
b.    Jangan biarkan masalah tetap berada di tempat yang Anda temui. Yang terpenting bukan apa yang terjadi pada Anda, tetapi pada apa yang akan Anda lakukan karena apa yang terjadi pada Anda (Robert Schuer)
c.    Jangan jadi masalah pisahkan Anda dengan masalah. Tidak ada masalah yang akal manusia tidak bisa menemukan jalan keluarnya (Polter).
d.   Belajar dari masa lalu, hidup masa sekarang, tentukan target masa depan. Masa lalu   hanya kenangan dan masa depan tak lain hanyalah perkiraan. Penuhlilah hidup Anda saat ini dengan cinta Allah, maka masa lalu Anda akan menjadi kenangan indah dan masa depan Anda menjadi perkiraan penuh harapan.
e.    Selalu ada nila spiritual dalam setiap problematika hidup. “Siapa yang bertaqwa kepada Allah akan diberi jalan keluar dan akan diberi rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka” (QS. At-Thalaq: 4).
f.     Perubahan pikiran dengan berbagai alternatif akan merubah realitas dan pikiran yang akan memunculkan realitas baru pula.
g.    Allah tidak menutup satu pintu kecuali membukakan pintu yang lain yang lebih baik. Terkadang Allah menutup suatu pintu dihadapan kita untuk membuka pintu lain yang lebih baik. Akan tetapi kebanyakan orang hanya memusatkan perhatiannya pada pintu yang tertutup itu tanpa mau melirik pintu penuh harapan yang telah terbuka di sisi lain hidupnya.
Strategi berpikir positif. Pemikir adalah orang yang membuat pikiran dan pikiran menyebabkan tindakan berpikir. Berpikir menjadikan konsentrasi, konsentrasi menimbulkan perasaan, perasaan menyebabkan perilaku, perilaku menimbulkan hasil, dan hasil menentukan realitas hidup. Bila Anda ingin hidup Anda benar-benar berubah, rubahlah  realitas Anda sebagai pemikir.
Strategi keteladanan. “Sesungguhnya telah  ada  pada (diri) Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu (QS. Al-Ahzab: 21).
Strategi berkaca pada orang lain. Kita tidak melihat sesuatu sebagaimana adanya Ia. Kita melihat sebagaimana yang kita pahami tentangnya (Socrates).
Strategi merubah konsentrasi dan fokus. Semua orang besar akan tetap menjadi orang besar. Setiap orang sukses pun akan selalu menjadi orang sukses, yaitu orang yang selalu mengerahkan perhatian dan kemampuannya untuk target positif dan pasti (Mordel).
Strategi pasang surut. Setiap hari berbuatlah untuk menurunkan porsi apa yang tidak Anda inginkan dan menaikkan porsi apa yang Anda inginkan. Lakukan terus sampai apa yang tidak Anda inginkan hilang dari hidup Anda dan yang tertinggal hanya apa yang ingin Anda dapatkan dalam hidup. Pikiran negatif diperkecil dan pikiran positif diperbesar/diperluas.
3.    Tersenyum
Senyum yang terlihat sederhana akan mampu menciptakan kekuatan (power). Senyuman yang kadang dianggap sebagian orang merupakan hal yang tidak penting dan sangat sepele, namun tanpa kita sadari mampu memunculkan sesuatu yang luar biasa. Senyum merupakan ekspresi wajah yang terjadi akibat bergeraknya atau timbulnya suatu gerakan di bibir atau kedua ujungnya atau pula di sekitar mata.
Kebanyakan orang tersenyum untuk menampilkan rasa bahagia dan senang. Apabila seseorang tersenyum, maka wajahnya akan kelihatan lebih menarik, menyenangkan dan nyaman untuk dipandang, daripada ketika Ia sedang dalam kondisi biasa atau bahkan ketika sedang marah. Senyum juga merupakan simbul perdamaian dan persahabatan (Thobrani, 2010).
Dalam ajaran Islam memberi senyuman kepada orang lain bernialai ibadah, karena tersenyum kepada orang lain sama dengan bersedekah, tentu saja senyum yang tulus. Suatu saat ketika Anda tidak tahu harus berbuat apa ? atau memberi apa kepada orang lain, Anda masih punya senyuman, maka tersenyumlah. Yakinlah bahwa setiap senyuman membawa manfaat. Senyum membuat pikiran lebih jernih, segar dan terhindar dari stres.

4.    Relaksasi, yaitu upaya pengurangan ketegangan: (1) relaksasi ketegangan otot; (2) relaksasi kesadaran  indera; (3) melalui yoga, meditasi, transendensi/relegius.


DAFTAR RUJUKAN

Chomariah, N. 2009. Tips Jitu & Praktis Mengusir Stres. Jogjakarta: DIVA Press.
Yusuf, M. 2008. Kesehatan Mental. Bandung: RIZQI PRESS.
Al-Haqi, Ibrahim. 2009. Positive Thinking. Jogjakarta: Hikmah Pustaka.
Prabowo, Hendro. 1998. Arsitektur, Psikologi dan Masyarakat. Depok: Gunadarma.

1 komentar:

Mujaitun Tukiman

bisa di cek juga ya Kredit Tanpa Agunan

Dí lo que piensas...